Workshop 2: Creative Ways to Encourage Others; Pesan Kepemimpinan Rasul Paulus

Connect Group Conference Gereja Mawar Sharon 2016 (CGC GMS 2016).

Theme: Igniting Dynamic Discipleship Culture

Saturday, 17 September 2016 (Day 2).

Oleh: Ps. Judy Koesmanto (Gembala Satelit GMS House of Victory Surabaya, Ketua Departemen Praise and Worship GMS).

 

Baca 1 Tesalonika 2:1-12.

Kita belajar dan dapat menarik setidaknya ada 4 (empat) poin yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen, sebagai berikut.

 

  1. Pemimpin yang tidak sia-sia.

Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. (1 Tesalonika 2:1).

Pemimipin yang tidak sia-sia, keberadaannya penting, saat yang dipimpin memiliki masalah, maka pemimpin mencari cara untuk menyelesaikannya.

Ciri-ciri pemimpin yang tidak sia-sia:

– Memiliki visi bagi para anggota yang dipimpin;

– Tidak mudah menyerah saat mengembangkan anggota maupun saat menghadapi masalah;

– Tidak takut atau malu belajar pada keteladanan orang lain, menempel pada orang yang berapi-api, tidak malu untuk meniru selama belajar kea rah yang positif;

– Penuh dengan strategi dan kreativitas untuk mendorong kemajuan.

“Dorongan berapi-api dalam Tuhan adalah: BERITAKAN INJIL”

 

  1. Pemimpin yang berhasil memulai segala sesuatu berawal dari kemurnian atau ketulusan.

Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya. Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. Karena kami tidak pernah bermulut manis–hal itu kamu ketahui–dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi–Allah adalah saksi– juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus. (1 Tesalonika 2:3-6).

Pemimpin hanya murni saat ia fokus hanya kepada Tuhan, dan tidak mencari keuntungan sendiri.

Apa hasil dari kemurnian pemimpin yang dimaksud tersebut? Rasul Paulus memetik hasilnya dari kehidupan jemaat di Roma, dan dapat dilihat di ayat berikut:

Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, (1 Tesalonika 1:6)

 

  1. Pemimpin yang selalu ingin melihat keberhasilan orang-orang yang dipimpinnya.

Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. (1 Tesalonika 2:7-9)

Dalam ayat di atas, dapat ditarik pelajaran dari kepemimpinan Paulus, bahwa pemimpin:

– selalu memberi kesempatan dan membuka jalan bagi orang lain untuk berkembang;

– menuntun anggota yang dipimpinnya kepada kehendak Kristus, bukan kehendak pribadi;

– memahami kelemahan orang lain.

 

  1. Pemimpin yang dapat diteladani.

Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. (1 Tesalonika 2:10).

Bentuk kepemimpinan yang mudah dimengerti oleh orang lain adalah keteladanan, sehingga kehidupan pemimpin menjadi contoh dan sumber inspirasi.

About @riko.nandjan

A law-economy-creativity learner. Find me on instagram: @riko.nandjan

Posted on September 24, 2016, in Christian Faith. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment